Memahami Kecepatan Shutter, Memahami Diagframa, Ruang Tajam (Depth of Field)

Memahami Kecepatan Shutter


Kamera baik yang digital maupun analog, pada dasarnya memiliki fungsi yang serupa atau memiliki fungsi-fungsi umum. Fungsi-fungsi dasar kamera tersebut antara lain kecepatan rana (shutter), diagframa lensa, mode pencahayaan, optical dan digital zoom, kecepatan ISO, dan kompensasi pencahayaan.

Keberadaan shutter atau pelepas rana kamera sangat terkait erat dengan diagframa lensa. Pengaturan yang dilakukan di shutter akan berpengaruh pada diagframa lensa kamera, begitu juga sebaliknya.

Shutter atau pelepas rana pada kebanyakan kamera SLR (analog maupun digital) adalah tirai yang bergerak horizontal atau vertikal yang terletak berdekatan dengan tempat film (pada kamera analog), atau di antara lensa dan body kamera (pada kamera digital SLR). Tetapi tentu saja hal itu berbeda pada kamera point and shoot atau prosumer. Meskipun prinsipnya tetap sama.

Pada kamera yang dapat diatur manual atau dengan prioritas pengaturan rana, Anda dapat mengatur kecepatan rana. Kecepatan rana yang baik, misalnya lebih dari 1/250 detik, akan menghasilkan gambar yang tajam karena menangkap gerakan subjek. Subjek dapat dibekukan meskipun bergerak cepat. Sedangkan kecepatan rana lambat di bawah 1/15 detik akan menyebabkan gambar subjek yang tertangkap akan kabur (blur). Pada kebutuhan tertentu, efek kabur sangat dibutuhkan untuk menampilkan kesan gerak.

Anda dapat mencegah agar subjek yang tertangkap tidak kabur karena gerakan kamera saat Anda melepas tombol shutter. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih kecepatan rana tidak lebih lambat dari ekivalen panjang titik-api lensa (/bea/ length) dalam milimeter, atau memilih pada kecepatan terdekat yang tersedia. Misalnya, apabila Anda menggunakan lensa zoom 28-80mm dan memotret pada titik api lensa 80 mm, kecepatan rana untuk mencegah kekaburan adalah 1/80 detik atau bahkan lebih cepat apabila memungkinkan.

Pada kamera analog SLR, tombol pengaturan kecepatan rana dapat ditemui pada badan kamera sebelah atas (dengan tombol memutar).

Tetapi pada kebanyakan kamera digital SLR atau prosumer, tombol tersebut tidak disediakan secara khusus. Fitur ini dapat diakses dengan mengaktifkan menu Manual (M) atau Shutter (S), kemudian mengubahnya dengan knob memutar yang telah disediakan.

Seperti halnya shutter atau kecepatan rana, diagframa dalam lensa juga dapat diatur bukaannya. Semua kamera SLR dan beberapa model kamera point and shoot dan prosumer keluaran terbaru juga dilengkapi fasilitas ini.

Besar kecil bukaan diagframa sangat penting untuk mengontrol pencahayaan yang masuk dan ruang tajam (depth offield). Suatu bukaan lensa yang besar, memasukkan lebih banyak cahaya dan memberikan ruang tajam yang lebih sempit. Sedangkan bukaan kecil memasukkan sedikit cahaya tapi memberikan ruang tajam yang besar.

Ukuran bukaan dinyatakan dalam angka f, atau seringkali disebut sebagai f/stop. Ukuran ini dapat saja membingungkan, karena angka kecil berarti lubang bukaan besar, dan angka f besar berarti lubang bukaan kecil.

Depth of Field (DOF) merupakan istilah yang seringkali muncul dalam dunia fotografi. Istilah ini telah lahir jauh sebelum teknologi fotografi digital muncul. Dengan kata lain, DOF merupakan salah satu teknik utama yang harus diketahui bagi peminat fotografi. Secara mudah, DOF dapat diketahui sebagai suatu jarak di mana objek berada dalam fokus.

Secara teknis, DOF merupakan area di mana ketajamannya dapat diketahui, area di depan dan belakang. Fokus pada subjek dapat terjaga secara bersama dengan satu komposisi yang menarik.

Circle of Confusion (COF)

Dengan DOF, hanya subjek yang diinginkan saja yang fokus (tajam), sedangkan objek lain di depan dan belakang kabur (out of focus). Seberapa out of focus tergantung pada suatu istilah Circle of Confusion (COC). Namun untuk mendapatkan foto dengan ruang tajam atau DOF yang baik, Anda tidak perlu merisaukan soal COC.

Untuk memahami COC, bayangkan saja apabila Anda mengambil gambar tiga gelas yang disusun berurutan di depan, tengah, dan belakang. Pada pandangan mata biasa, Anda akan melihat bahwa semua subjek gelas berada pada fokus yang sama atau sama-sama tajam. Kemudian fokuskan lensa hanya pada gelas di tengah. Dengan bukaan diagframa lensa berapapun, Anda akan mendapatkan fokus terbaik hanya pada gelas di tengah, meskipun ketiganya tampak tajam.

Anggap saja dua gelas di depan dan belakang sebagai suatu lingkaran mengelilingi gelas yang fokus di tengah. Dengan kata lain, dari pandangan lensa kedua gelas tidak fokus, meskipun sebuah foto. Ketika Anda memfokuskan pada satu subjek yang berdekatan dengan kamera, DOF yang timbul akan lebih sempit dibandingkan saat Anda mengambil gambar berjauhan dari kamera.

Jauhkan posisi kamera dari subjek yang akan diambil untuk meningkatkan DOF, sebaliknya dekati subjek untuk mengurangi DOF. “

Focal Length

Teknik ketiga yang mempengaruhi DOF adalah Focal Length atau titik rentang lensa. Lensa SLR 35 mm, 50mm, lOOmm, dan sebagainya merupakan contoh dari rentang lensa. Untuk lensa zoom, rentang lensa dapat dikenal seperti 14-45mm, 28-70mm, dan sebagainya.

Misalnya Anda mengambil gambar sebuah bunga dengan lensa wide angle atau menggunakan rentang paling lebar pada sebuah lensa zoom (28mm), maka subjek bunga, rerumputan, serta objek-objek lain di depan dan belakang akan tampak tajam. Lakukan zoom in atau perpendek zoom pada focal length 80mm, Anda akan melihat DOF atau ruang tajamnya menjadi sempit.
Camera Pemantau Berisikan tentang : "Dasar-Dasar Kamera Digital, Teknologi CCD, Teknologi CMOS, Media Penyimpan, Zoom, Pengertian Exposure, Fotografer, Aperture, Shutter Speed, Pengetahuan Tentang CCTV"